-->

Selasa, 28 April 2015

Gaes! Samarinda Balikpapan Bontang Musti Coba "Food Truck", Bisnis Dapur Berjalan nan Menguntungkan

Gaes! Samarinda Balikpapan Bontang Musti Coba "Food Truck", Bisnis Dapur Berjalan nan Menguntungkan - Fenomena Restoran berjalan kini memang sudah menjamur di Kota besar terutama di Jawa. Kini hampir setiap saat dalam sebuah Event Car Free Day ataupun acara acara Massal lainnya di bandung, Jakarta, Surabaya, Jogja , Semarang dan masih banyak lagi akan mudah kita jumpai Restoran Berjalan aliaas Food Truck. Fenomena ini juga tentunya sangat cocok di kembangkan di Kalimantan khususnya Balikpapan, Samarinda maupun Bontang. Tertarik dengan kisah inspirasi Sukses dengan untung yang menggiurkan dari Bisnis Food Truck ini. Kita Simak Kisah inspiratif berikut inni.

Anglia (38) datang bersama suami dan anak perempuannya ke lapangan parkir Jakarta Convention Center, Minggu pagi (1/3/2015). Kehadirannya bukan tanpa sengaja, pagi itu perempuan dengan nama lengkap Anglia G Auwines sedang berjualan dengan mobil semi-bus yang kini dikenal dengan istilah populer, Food Truck.

Anglia merupakan salah satu pionir dalam bisnis Food Truck di Indonesia. Ia menamakan usahanya Jakarta Food Truck. Ada 2 menu yang menjadi andalannya, Smokey Ribs dan Sloppy Joe. Ide menjalankan food truck memang sudah dimimpikan perempuan tersebut sejak tahun 1990.

"Kalau ide (buat food truck) sudah lama, sudah dari 1990an kepikiran. Sekolah saya dulu di Bulungan, kalau pulang sekolah suka susah cari makan. Jadi pengen jualan apa gitu dalam mobil. Tapi terbentur modal, kemudian dulu kan belum ada, lalu di AS booming, jadilah keluar ide membuat mobil yang bisa masak di tempat," kata Anglia.

Berawal dari ide tersebut, Anglia yang memang sudah berkecimpung di industri kuliner sejak dua dekade silam tidak membutuhkan waktu lama untuk langsung mewujudkan impiannya.

"Kebetulan saya di food industry cukup lama, sudah 20 tahun. Kemudian dengan background saya yang chef, jadi tahu tata letak dapur seperti apa, jadi tidak masalah untuk saya," kata Anglia.

Anglia mengatakan Jakarta Food Truck menggunakan Mobil Isuzu Elf dengan ukuran dapur 3 x 5,5 meter. Mobil itu, kata dia, didesain khusus untuk menjadi dapur di Food Truck. Biaya membuat Food Truck, menurut Anglia, harganya bisa sebanding dengan membuat restoran.

"Menghabiskan dana seperti satu restoran, karena ini seperti unit restoran tapi yang berjalan. Kemudian di belakang ada back kitchen yang memang untuk preparasi pengolahan bahan awal," kata Anglia.

Hal ini senada dengan yang dikatakan Supervisor The Roffie Food Truck, Endang Nugraha. Menurut Endang, untuk membuat Food Truck, The Roffie mengeluarkan kocek kira-kira sebesar Rp 500 juta.

"Pembuatan dapur, kami terjun sendiri. Orang karoseri yang buat. Berkisar habis Rp 130 juta untuk mobil dan karoserinya Rp 430 juta, jadi sekitar Rp 560 juta," jelas Endang dalam lokasi dan kesempatan yang sama.

Omzet yang menggiurkan

Food Truck sudah tentu mempunyai kelebihan mendekatkan diri langsung ke pembelinya. Hal ini disadari sendiri oleh Anglia.

"Bedanya, bisa jemput bola ke customer. Apalagi, kalau event-nya ramai," jelas dia.

Tampaknya kelebihan itu berdampak langsung dengan omzet yang bisa diraup oleh bisnis food truck. Jakarta Food Truck mengaku bisa meraup kisaran Rp 5 juta perhari.

"Tergantung event. Kalau per hari rata-rata masih di bawah Rp 5 juta. Kalau event bisa di atas Rp 5 juta," jelas Anglia.

Sedang, The Roffies yang berjualan macam-macam jenis kopi, bisa mendapat sekitar Rp 3 juta per harinya.

"Omzet, target quantity, per cup sekitar 150 cup, dengan rata-rata harga per cup Rp 20.000- 25.000," jelas Endang.

Previous
Next Post »